WELCOME TO M.DEVRY WEBSITE
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan

Ternyata...!! Amerika Punya Hutang 57 ribu Ton Emas Pada Indonesia

“The Green Hilton Memorial Agreement” di Geneva pada 14 November 1963.
Jakarta – KabarNet: Inilah perjanjian yang paling menggemparkan dunia. Inilah perjanjian yang menyebabkan terbunuhnya Presiden Amerika Serikat John Fitzgerald Kennedy (JFK) 22 November 1963. Inilah perjanjian yang kemudian menjadi pemicu dijatuhkannya Bung Karno dari kursi kepresidenan oleh jaringan CIA yang menggunakan ambisi Soeharto. Dan inilah perjanjian yang hingga kini tetap menjadi misteri terbesar dalam sejarah ummat manusia.

Perjanjian “The Green Hilton Memorial Agreement” di Geneva (Swiss) pada 14 November 1963.

Inilah perjanjian yang sering membuat sibuk setiap siapapun yang menjadi Presiden RI. Dan, inilah perjanjian yang membuat sebagian orang tergila-gila menebar uang untuk mendapatkan secuil dari harta ini yang kemudian dikenal sebagai “salah satu” harta Amanah Rakyat dan Bangsa Indonesia. Inilah perjanjian yang oleh masyarakat dunia sebagai Harta Abadi Ummat Manusia. Inilah kemudian yang menjadi sasaran kerja tim rahasia Soeharto menyiksa Soebandrio dkk agar buka mulut. Inilah perjanjian yang membuat Megawati ketika menjadi Presiden RI menagih janji ke Swiss tetapi tidak bisa juga. Padahal Megawati sudah menyampaikan bahwa ia adalah Presiden RI dan ia adalah Putri Bung Karno. Tetapi tetap tidak bisa. Inilah kemudian membuat SBY kemudian membentuk tim rahasia untuk melacak harta ini yang kemudian juga tetap mandul. Semua pihak repot dibuat oleh perjnajian ini.
Perjanjian itu bernama “Green Hilton Memorial Agreement Geneva”. Akta termahal di dunia ini diteken oleh John F Kennedy selaku Presiden AS, Ir Soekarno selaku Presiden RI dan William Vouker yang mewakili Swiss. Perjanjian segitiga ini dilakukan di Hotel Hilton Geneva pada 14 November 1963 sebagai kelanjutan dari MOU yang dilakukan tahun 1961. Intinya adalah, Pemerintahan AS mengakui keberadaan emas batangan senilai lebih dari 57 ribu ton emas murni yang terdiri dari 17 paket emas dan pihak Indonesia menerima batangan emas itu menjadi kolateral bagi dunia keuangan AS yang operasionalisasinya dilakukan oleh Pemerintahan Swiss melalui United Bank of Switzerland (UBS).
Pada dokumen lain yang tidak dipublikasi disebutkan, atas penggunaan kolateral tersebut AS harus membayar fee sebesar 2,5% setahun kepada Indonesia. Hanya saja, ketakutan akan muncul pemimpinan yang korup di Indonesia, maka pembayaran fee tersebut tidak bersifat terbuka. Artinya hak kewenangan pencairan fee tersebut tidak berada pada Presiden RI siapa pun, tetapi ada pada sistem perbankkan yang sudah dibuat sedemikian rupa, sehingga pencairannya bukan hal mudah, termasuk bagi Presiden AS sendiri.
Account khusus ini dibuat untuk menampung aset tersebut yang hingga kini tidak ada yang tahu keberadaannya kecuali John F Kennedy dan Soekarno sendiri. Sayangnya sebelum Soekarno mangkat, ia belum sempat memberikan mandat pencairannya kepada siapa pun di tanah air. Malah jika ada yang mengaku bahwa dialah yang dipercaya Bung Karno untuk mencairkan harta, maka dijamin orang tersebut bohong, kecuali ada tanda-tanda khusus berupa dokumen penting yang tidak tahu siapa yang menyimpan hingga kini.
Menurut sebuah sumber di Vatikan, ketika Presiden AS menyampaikan niat tersebut kepada Vatikan, Paus sempat bertanya apakah Indonesia telah menyetujuinya.
Kabarnya, AS hanya memanfaatkan fakta MOU antara negara G-20 di Inggris dimana Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ikut menanda tangani suatu kesepakatan untuk memberikan otoritas kepada keuangan dunia IMF dan World Bank untuk mencari sumber pendanaan alternatif. Konon kabarnya, Vatikan berpesan agar Indonesia diberi bantuan. Mungkin bantuan IMF sebesar USD 2,7 milyar dalam fasilitas SDR (Special Drawing Rights) kepada Indonesia pertengahan tahun lalu merupakan realisasi dari kesepakatan ini, sehingga ada isyu yang berkembang bahwa bantuan tersebut tidak perlu dikembalikan.
Oleh Bank Indonesia memang bantuan IMF sebesar itu dipergunakan untuk memperkuat cadangan devisa negara. Kalau benar itu, maka betapa nistanya rakyat Indonesia. Kalau benar itu terjadi betapa bodohnya Pemerintahan kita dalam masalah ini. Kalau ini benar terjadi betapa tak berdayanya bangsa ini, hanya kebagian USD 2,7 milyar. Padahal harta tersebut berharga ribuan trilyun dollar Amerika.
Aset itu bukan aset gratis peninggalan sejarah, aset tersebut merupakan hasil kerja keras nenek moyang kita di era masa keemasan kerajaan di Indonesia.
Asal Mula Perjanjian “Green Hilton Memorial Agreement”
Setelah masa perang dunia berakhir, negara-negara timur dan barat yang terlibat perang mulai membangun kembali infrastrukturnya. Akan tetapi, dampak yang telah diberikan oleh perang tersebut bukan secara materi saja tetapi juga secara psikologis luar biasa besarnya. Pergolakan sosial dan keagamaan terjadi dimana-mana. Orang-orang ketakutan perang ini akan terjadi lagi. Pemerintah negara-negara barat yang banyak terlibat pada perang dunia berusaha menenangkan rakyatnya, dengan mengatakan bahwa rakyat akan segera memasuki era industri dan teknologi yang lebih baik. Para bankir Yahudi mengetahui bahwa negara-negara timur di Asia masih banyak menyimpan cadangan emas. Emas tersebut akan di jadikan sebagai kolateral untuk mencetak uang yang lebih banyak yang akan digunakan untuk mengembangkan industri serta menguasai teknologi. Karena teknologi Informasi sedang menanti di zaman akan datang.
Sesepuh Mason yang bekerja di Federal Reserve (Bank Sentral di Amerika) bersama bankir-bankir dari Bank of International Settlements / BIS (Pusat Bank Sentral dari seluruh Bank Sentral di Dunia) mengunjungi Indonesia. Melalui pertemuan dengan Presiden Soekarno, mereka mengatakan bahwa atas nama kemanusiaan dan pencegahan terjadinya kembali perang dunia yang baru saja terjadi dan menghancurkan semua negara yang terlibat, setiap negara harus mencapai kesepakatan untuk mendayagunakan kolateral Emas yang dimiliki oleh setiap negara untuk program-program kemanusiaan. Dan semua negara menyetujui hal tersebut, termasuk Indonesia. Akhirnya terjadilah kesepakatan bahwa emas-emas milik negara-negara timur (Asia) akan diserahkan kepada Federal Reserve untuk dikelola dalam program-program kemanusiaan. Sebagai pertukarannya, negara-negara Asia tersebut menerima Obligasi dan Sertifikat Emas sebagai tanda kepemilikan. Beberapa negara yang terlibat diantaranya Indonesia, Cina dan Philippina. Pada masa itu, pengaruh Soekarno sebagai pemimpin dunia timur sangat besar, hingga Amerika merasa khawatir ketika Soekarno begitu dekat dengan Moskow dan Beijing yang notabene adalah musuh Amerika.
Namun beberapa tahun kemudian, Soekarno mulai menyadari bahwa kesepakatan antara negara-negara timur dengan barat (Bankir-Bankir Yahudi dan lembaga keuangan dunia) tidak di jalankan sebagaimana mestinya. Soekarno mencium persekongkolan busuk yang dilakukan para Bankir Yahudi tersebut yang merupakan bagian dari Freemasonry.
Tidak ada program-program kemanusiaan yang dijalankan mengunakan kolateral tersebut. Soekarno protes keras dan segera menyadari negara-negara timur telah di tipu oleh Bankir International.
Akhirnya Pada tahun 1963, Soekarno membatalkan perjanjian dengan para Bankir Yahudi tersebut dan mengalihkan hak kelola emas-emas tersebut kepada Presiden Amerika Serikat John F.Kennedy (JFK). Ketika itu Amerika sedang terjerat utang besar-besaran setelah terlibat dalam perang dunia. Presiden JFK menginginkan negara mencetak uang tanpa utang.
Karena kekuasaan dan tanggung jawab Federal Reserve bukan pada pemerintah Amerika melainkan di kuasai oleh swasta yang notabene nya bankir Yahudi. Jadi apabila pemerintah Amerika ingin mencetak uang, maka pemerintah harus meminjam kepada para bankir yahudi tersebut dengan bunga yang tinggi sebagai kolateral. Pemerintah Amerika kemudian melobi Presiden Soekarno agar emas-emas yang tadinya dijadikan kolateral oleh bankir Yahudi di alihkan ke Amerika. Presiden Kennedy bersedia meyakinkan Soekarno untuk membayar bunga 2,5% per tahun dari nilai emas yang digunakan dan mulai berlaku 2 tahun setelah perjanjian ditandatangani. Setelah dilakukan MOU sebagai tanda persetujuan, maka dibentuklah Green Hilton Memorial Agreement di Jenewa (Swiss) yang ditandatangani Soekarno dan John F.Kennedy. Melalui perjanjian itu pemerintah Amerika mengakui Emas batangan milik bangsa Indonesia sebesar lebih dari 57.000 ton dalam kemasan 17 Paket emas.
Melalui perjanjian ini Soekarno sebagai pemegang mandat terpercaya akan melakukan reposisi terhadap kolateral emas tersebut, kemudian digunakan ke dalam sistem perbankan untuk menciptakan Fractional Reserve Banking terhadap dolar Amerika. Perjanjian ini difasilitasi oleh Threepartheid Gold Commision dan melalui perjanjian ini pula kekuasaan terhadap emas tersebut berpindah tangan ke pemerintah Amerika. Dari kesepakatan tersebut, dikeluarkanlah Executive Order bernomor 11110, di tandatangani oleh Presiden JFK yang memberi kuasa penuh kepada Departemen Keuangan untuk mengambil alih hak menerbitkan mata uang dari Federal Reserve. Apa yang pernah di lakukan oleh Franklin, Lincoln, dan beberapa presiden lainnya, agar Amerika terlepas dari belenggu sistem kredit bankir Yahudi juga diterapkan oleh presiden JFK. salah satu kuasa yang diberikan kepada Departemen keuangan adalah menerbitkan sertifikat uang perak atas koin perak sehingga pemerintah bisa menerbitkan dolar tanpa utang lagi kepada Bank Sentral (Federal Reserve)
Tidak lama berselang setelah penandatanganan Green Hilton Memorial Agreement tersebut, presiden Kennedy di tembak mati oleh Lee Harvey Oswald. Setelah kematian Kennedy, tangan-tangan gelap bankir Yahudi memindahkan kolateral emas tersebut ke International Collateral Combined Accounts for Global Debt Facility di bawah pengawasan OITC (The Office of International Treasury Control) yang semuanya dikuasai oleh bankir Yahudi. Perjanjian itu juga tidak pernah efektif, hingga saat Soekarno ditumbangkan oleh gerakan Orde baru yang didalangi oleh CIA yang kemudian mengangkat Soeharto sebagai Presiden Republik Indonesia. Sampai pada saat Soekarno jatuh sakit dan tidak lagi mengurus aset-aset tersebut hingga meninggal dunia. Satu-satunya warisan yang ditinggalkan, yang berkaitan dengan Green Hilton Memorial Agreement tersebut adalah sebuah buku bersandi yang menyembunyikan ratusan akun dan sub-akun yang digunakan untuk menyimpan emas, yang terproteksi oleh sistem rahasia di Federal Reserve bernama The Black screen. Buku itu disebut Buku Maklumat atau The Book of codes. Buku tersebut banyak di buru oleh kalangan Lembaga Keuangan Dunia, Para sesepuh Mason, para petinggi politik Amerika dan Inteligen serta yang lainnya. Keberadaan buku tersebut mengancam eksistensi Lembaga keuangan barat yang berjaya selama ini.
Sampai hari ini, tidak satu rupiah pun dari bunga dan nilai pokok aset tersebut dibayarkan pada rakyat Indonesia melalui pemerintah, sesuai perjanjian yang disepakati antara JFK dan Presiden Soekarno melalui Green Hilton Agreement. Padahal mereka telah menggunakan emas milik Indonesia sebagai kolateral dalam mencetak setiap dollar.
Hal yang sama terjadi pada bangsa China dan Philipina. Karena itulah pada awal tahun 2000-an China mulai menggugat di pengadilan Distrik New York. Gugatan yang bernilai triliunan dollar Amerika Serikat ini telah mengguncang lembaga-lembaga keuangan di Amerika dan Eropa. Namun gugatan tersebut sudah lebih dari satu dasawarsa dan belum menunjukkan hasilnya. Memang gugatan tersebut tidaklah mudah, dibutuhkan kesabaran yang tinggi, karena bukan saja berhadapan dengan negara besar seperti Amerika, tetapi juga berhadapan dengan kepentingan Yahudi bahkan kabarnya ada kepentingan dengan Vatikan. Akankah Pemerintah Indonesia mengikuti langkah pemerintah Cina yang menggugat atas hak-hak emas rakyat Indonesia yang bernilai Ribuan Trilyun Dollar.

Sumber : kabarnet.wordpress.com/












Kisah Empat Nabi Yang Masih Hidup Sampai Sekarang

1. Kisah Nabi Isa Alaihissalam
Al-Qur’an menerangkan dalam surat AnNisaa’:157 bahwa Nabi Isa AS tidaklah dibunuh maupun disalib oleh orang-orang Kafir. Adapun yang mereka salib adalah orang yang bentuk dan rupanya diserupakan oleh Allah SWT seperti Nabi Isa AS (sebagian ulama berpendapat orang yang diserupakan adalah muridnya yang berkhianat yang bernama Yudas Iskariot) dan karena ucapan mereka:
“Sesungguhnya kami telah membunuh AlMasih, Isa putra Maryam, Rasul Allah”, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa.
(An Nisaa’ : 157)
sky.jpg
Nabi Isa AS diselamatkan oleh Allah SWT dengan jalan diangkat ke langit dan ditempatkan disuatu tempat yang hanya Allah SWT yang tahu tentang hal ini. AlQur’an menjelaskan tentang peristiwa penyelamatan ini. ”Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (An Nisaa’ :158)
(Khotib)
2. Kisah Nabi Khidir Alaihissalam
Pada saat Raja Iskandar Dzul Qarnain pada tahun 322 S. M. berjalan di atas bumi menuju ke tepi bumi, Allah SWT mewakilkan seorang malaikat yang bernama Rofa’il untuk mendampingi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Di tengah perjalanan mereka berbincang-bincang, Raja Iskandar Dzul Qarnain berkata kepada malaikat Rofa’il: “Wahai malaikat Rofa’il ceritakan kepadaku tentang ibadah para malaikat di langit ”,
malaikat Rofa’il berkata, “Ibadah para mailaikat di langit di antaranya ada yang berdiri tidak mengangkat kepalanya selama-lamanya, dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya ”.
Kemudian raja berkata, “Alangkah senangnya seandainya aku hidup bertahun-tahun dalam beribadah kepada Allah ”.
Lalu malaikat Rofa’il berkata, “Sesungguhnya Allah telah menciptakan sumber air bumi, namanya ‘Ainul Hayat’ yang berarti, sumber air hidup. Maka barang siapa yang meminumnya seteguk, maka tidak akan mati sampai hari kiamat atau sehingga ia mohon kepada Allah agar supaya dimatikan ”.
Kemudianya raja bertanya kepada malaikat Rofa’il, “Apakah kau tahu tempat “Ainun Hayat itu?”.
mailaikat Rofa’il menjawab, “Bahwa sesungguhnya Ainun Hayat itu berada di bumi yang gelap ”.
Setelah raja mendengar keterangan dari malaikat Rofa’il tentang Ainul hayat, maka raja segera mengumpulkan ‘Alim Ulama’ pada zaman itu, dan raja bertanya kepada mereka tentang Ainul Hayat itu, tetapi mereka menjawab, “Kita tidak tahu khabarnya, namun seoarng yang alim di antara mereka menjawab, “ Sesungguhnya aku pernah membaca di dalam wasiat nabi Adam AS, beliau berkata bahwa sesungguhnya Allah meletakkan Ainul Hayat di bumi yang gelap ”.
“Di manakah tempat bumi gelap itu?” tanya raja.
Seorang yang alim menjawab, “Di tempat keluarnya matahari”.
royo_bestof_023.jpg
Kemudian raja bersiap-siap untuk mendatangi tempat itu, lalu raja bertanya kepada sahabatnya. “Kuda apa yang sangat tajam penglihatannya di waktu gelap ?”.
Para sahabat menjawab, “Kuda betina yang perawan”.
Kemudian raja mengumpulkan 1000 ekor kuda betina yang perawan-perawan, lalu raja memilih-milih di antara tentaranya, sebanyak 6000 orang dipilih yang cendikiawan dan yang ahli mencambuk.
Di antara mereka adalah Nabi Khidir AS, bahkan beliau menjabat sebagai Perdana Menteri. Kemudian berjalanlah mereka dan Nabi Khidir AS berjalan di depan pasukannya dan mereka jumpai dalam perjalanan, bahwa tempat keluarnya matahari itu tepat pada arah kiblat.
Kemudian mereka tidak berhenti-henti menempuh perjalanan dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai ditepi bumi yang gelap itu, ternyata gelapnya itu memancar seperti asap, bukan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang yang sangat cendikiawan mencegah Raja masuk ke tempat gelap itu dan tentara-tentaranya, berkata ia kepada raja. ”Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini karena tempat yang gelap ini berbahaya. ”
Lalu Raja berkata: ” Kita harus memasukinya, tidak boleh tidak.”
Kemudian ketika Raja hendak masuk, maka meraka semua membiarkannya. Kemudian Raja berkata kepada pasukannya: ”Diamlah, tunggulah kalian ditempat ini selama 12 tahun, jika aku bisa datang pada kalian dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan menunggu kalian termasuk baik, dan jika aku tidak datang sampai 12 tahun, maka pulanglah kembali ke negeri kalian”.
Kemudian raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: ” Apabila kita melewati tempat yang gelap ini, apakah kita dapat melihat kawan-kawan kita ?”.
“Tidak bisa kelihatan”,jawab malaikat Rofa’il,” akan tetapi aku memberimu sebuah merjan atau mutiara, jika merjan itu ke atas bumi, maka mutiara tersebut dapat menjerit dengan suara yang keras, dengan demikian maka kawan- kawan kalian yang tersesat jalan dapat kembali kepada kalian.”
Kemudian Raja Iskandar Dzul Qurnain masuk ke tempat yang gelap itu bersama sekelompok pasukannya, mereka berjalan di tempat yang gelap itu selama 18 hari tidak pernah melihat matahari dan bulan, tidak pernah melihat malam dan siang, tidak pernah melihat burung dan binatang liar, sedangkan raja berjalan dengan didampingi oleh Nabi Khidlir AS.
Di saat mereka berjalan, maka Allah SWT memberi wahyu keapda Nabi Khidlir AS, ”Bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di sebelah kanan jurang dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu ”.
Setelah Nabi Khidlir menerima wahyu tersebut, kemudian beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya: “ Berhentilah kalian di tempat kalian masing-masing dan janganlah kalian meninggalkan tempat kalian sehingga aku datang kepada kalian. ”
Kemudian beliau berjalan menuju ke sebelah kanan jurang, maka didapatilah oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang dicarinya itu. Kemudian Nabi Khidlir AS turun dari kudanya dan beliau langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (sumber air kehidupan) tersebut, dan beliau terus mandi dan minum sumber air kehidupan tersebut, maka dirasakan oleh beliau airnya lebih manis daripada madu. Setelah beliau mandi dan minum Ainul hayat tersebut, kemudian beliau keluar dari tempat Ainul Hayat itu terus menemui Raja Iskandar Dzulkarnain, sedangkan raja tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Nabi
Khidlir AS, tentang melihat Ainul Hayat dan mandi.
(Menurut riwayat yang diceritakan oleh Wahab bin Munabbah), dia berkata, bahwa Nabi Khidlir AS adalah anak dari bibi Raja Iskandar Dzul Qarnain. Dan raja Iskandar Dzulkarnain keliling di dalam tempat yang gelap itu selama 40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar seperti kilat, maka terlihat oleh Raja, bumi yang berpasir merah dan terdengar oleh raja suara gemercik di bawah kaki kuda, kemudian Raja bertanya kepada Malaikat Rofa’il: “Gemercik ini adalah suara benda apabila seseorang mengambilnya, niscaya ia akan menyesal dan apabila tidak mengambilnya, niscaya ia akan menyesal juga. ”
Kemudian di antara pasukan ada yang membawanya namun sedikit, setelah mereka keluar dari tempat yang gelap itu, ternyata bahwa benda tersebut adalah yakut yang berwarna merah dan jambrut yang berwarna hijau, maka menyesallah pasukan yang mengambil itu karena mengambilnya hanya sedikit, demikianlah pula pasukan yang tidak mengambilnya, bahkan lebih menyesal. Diriwayatkan oleh Ats-tsa’Labi dari: Iman Ali Rodliayllohu ‘ anhu.
1. Cerita ini dikutib dari kitab “ Baidai’iz karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas halaman 166 – 168. Penerbit: Usaha Keluarga s Semarang.
2. Cerita dari Kitab Nuzhatul Majalis Karangan Syeikh Abdul Rohman Ash-Shafuri.
Penerbit Darul Fikri Bairut Halaman 257 – 258.
(Salafy Tobat)
3. Kisah Nabi Idris Alaihissalam
Lalu keduanya menerusakan perjalanan sampai empat hari lamanya dan selama itu pula Nabi Idris AS menemukan keanehan yang ada pada Malaikat itu dan Nabi Idris AS bertanya: ”Hai tuan, kamu ini sebenarnya siapa?”,
Malaikat itu menjawab: ”Saya adalah malaikat pencabut nyawa”.
Nabi Idris AS bertanya:” Apakah kamu akan mencabut nyawa manusia?”,
Malaikat menjawab:”Ya”,
Nabi Idris AS bertanya: ”Apakah kamu juga mencabut nyawa selama dalam perjalanan bersama saya?”,
Malaikat menjawab: ”Ya, saya telah mencabut beberapa nyawa manusia dan sesungguhnya nyawa manusia itu adalah bagaikan hidangan makanan, sebagai mana kamu menghadapi sesuap makanan saja”.
Nabi Idris AS berkata: ”Dan apakah kamu datang ini untuk mencabut nyawa saya atau sekedar berkunjung?”,
Malaikat menjawab: ”Saya datang hanya untuk berkunjung”,
Nabi Idris AS berkata: ”kalau begitu saya punya hajat kepadamu”,
Malaikat menjawab: ”Hajat apa, hai Nabi Idris?”
Nabi Idris AS berkata: ”Saya ingin agar kamu mencabut nyawa saya, lalu memohonlah kepada Allah untuk menghidupkan saya sehingga saya bisa beribadah kepada Allah sesudah merasakan sakitnya mati”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa mencabut nyawa seseorang tanpa seijin Allah”.
Lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Cabutlah nyawa Idris!”.
Kemudian malaikat itu mencabut nyawa Nabi Idris AS dan matilah Nabi Idris AS lalu Malaikat menangis sambil merendahkan diri untuk memohon kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris AS kembali, kemudian Allah menghidupkan Nabi Idris AS, lalu malaikat bertanya: ”Hai Nabi Idris bagaimana rasanya mati itu?”.
Nabi Idris AS berkata:”Sungguh rasanya mati itu bagaikan binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup, sedang rasa mati itu melebihi 100X lipat rasa sakit binatang yang dikuliti dalam keadaan masih hidup”.
Malaikat menjawab:”Hai Nabi Idris, padahal saya mencabut nyawamu itu dengan cara hati-hati dan sangat halus dan ini belum pernah saya lakukan kepada siapapun”.
Nabi Idris AS berkata: ”Saya mempunyai hajat yang lain kepadamu, yaitu ingin melihat neraka jahannam, agar saat melihat itu saya lebih banyak beribadah kepada Allah”.
Malaikat menjawab: ”Sungguh saya tidak bisa masuk neraka jahannam tanpa ada izin dari Allah”, lalu Allah SWT berfirman kepada Malaikat: ”Pergilah kamu bersama Nabi Idris ke neraka jahannam”.
Kemudian malaikat bersama Nabi Idris AS pergi ke neraka jahannam, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala yang dipersiapkan untuk menyiksa di neraka jahannam, lalu keduanya kembali dari neraka jahannam. Nabi Idris AS berkata: ”Saya punya hajat lagi kepada kamu, agar kamu mengajakku pergi ke syurga,dan setelah itu saya akan menjadi hamba yang lebih taat dalam beragama”.
Malaikat berkata: ”Saya tidak bisa masuk syurga tanpa ada ijin dari Allah”.
Lalu Allah AS berfirman: ”Hai Malaikat pergilah kamu bersama Idris ke syurga”.
nabawiraudhah.jpg
Dan keduanya pergi ke syurga dan berhanti di depan pintu syurga, maka Nabi Idris AS dapat melihat segala kenikmatan yang ada dalam syurga, melihat kerajaan yang banyak, melihat anugerah yang banyak dan melihat pepohonan dan buah-buahan yang beraneka macam ragamnya.
Nabi Idris berkata: ”Wahai Malaikat, saya telah merasakan mati, telah melihat segala macam siksaan dalam neraka, lalu mohonlah kepada Allah, agar ia memberi izin saya masuk ke syurga, sehingga saya dapat minum air syurga dan sakit saya menjadi hilang serta terhindar dari neraka jahannam”.
Lalu Allah Berfirman kepada malaikat: ”Masuklah kamu ke syurga bersama Idris”,
kemudian keduanya masuk syurga dan Nabi Idris AS meletakan sandalnya di bawah salah satu pohon di syurga, dan setelah keluar dari syurga.Nabi Idris berkata kepada Malaikat: ”Sungguh sandal saya tertinggal di syurga, maka kembalikan saya ke syurga”,
dan setelah Nabi Idris AS tiba di syurga, Nabi Idris AS tidak mau di ajak keluar, ia ingin tetap tinggal dalam syurga, hingga Malaikat berteriak:”Hai Nabi Idris, keluarlah”,
dan Nabi Idris AS tetap tidak mau keluar, dan berkata: ” Karena Allah telah berfirman”: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati…”(Q.Surat Ali’imran ayat 185), Sedang saya telah merasakan mati. Dan Allah Berfirman: “Dan tidak seorangpun darimu, melainkan mendatangi neraka itu….” (Q.Surat Maryam ayat 71). Dan sungguh saya telah memasuki neraka jahannam, dan Allah juga berfirman: “…….. dan sekali-kali mereka tidak akan di keluarkan dari padanya (syurga)”. (Q.Surat AL Hijr ayat 48)”.
Malaikat berkata: ”Lantas siapa yang akan mengeluarkan mu?”.
Lalu Allah berfirman kapada Malaikat: ”Tinggalkanlah Nabi Idris di syurga, sungguh Aku telah menetapkannya, bahwa ia termasuk ahli syurga”,
kemudian Malaikat itu meninggalkan Nabi Idris AS di syurga dan tetaplah Nabi Idris AS berada dalam syurga untuk selama-lamanya.
(Blog Anak Indonesia Timur)
4. Kisah Nabi Ilyas Alaihissalam
Ketika sedang beristirahat datanglah Malaikat kepada Nabi Ilyas AS, Malaikat itu datang untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Nabi Ilyas AS menjadi sedih dan menangis.
“ Mengapa engkau bersedih?” tanya Malaikat maut.
“ Tidak tahulah.” Jawab Nabi Ilyas AS.
“Apakah engkau bersedih karena akan meninggalkan dunia dan takut menghadapi maut ?” tanya Malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali karena aku menyesal tidak boleh lagi berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berzikir memuji Allah, ” jawab Nabi Ilyas AS.
Saat itu Allah SWT lantas menurunkan wahyu kepada Malaikat agar menunda pencabutan nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas AS berzikir sesuai dengan permintaannya. Nabi Ilyas AS ingin terus hidup semata-mata karena ingin berzikir kepada Allah SWT. Maka berzikirlah Nabi Ilyas AS sepanjang hidupnya.
surga.jpg
“ Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai akhir nanti. ” Firman Allah SWT.

Sumber : salmanfiddin.wordpress.com


Sistem Manajemen Informasi BAZNAS

Heeeiii..... kangen juga deh posting di blog. ><

Oke, entah kenapa akhir-akhir ini gue menjadi semakin kalem (baca: pendiam) akibat suasana hati yang mudah berubah-ubah dan nggak menentu. :| Kita semua juga udah tau lah yaa... masalah soal hati mah emang kadang-kadang susah didefinisikan. Mungkin sebenernya ada yang bikin gue gak nyaman, tapi gue sendiri juga belum tau itu apa (mulai dah ngalor ngidul). Sudahlah.

Oh ya, pada tanggal 31 oktober saya baru saja selesai mengadakan pelatihan penggunaan sebuah sistem aplikasi untuk operatornya nanti. Nama sistem aplikasinya itu adalah SiMBA. It stands for Sistem Manajemen Informasi BAZNAS (nah, now you know where i worked in. Yes, i'm an amil zakat :]). Apa sih SiMBA itu? Yuk, kita kenalan dulu yuukk,, :D 


Tentang SiMBA

SiMBA merupakan sebuah sistem yang dibangun dan dikembangkan untuk keperluan penyimpanan data dan informasi yang dimiliki oleh BAZNAS secara nasional. Selain itu SiMBA juga dilengkapi dengan fitur pencetakan pelaporan yang meliputi ~33 jenis laporan yang berbeda. Dengan berbasiskan web, aplikasi yang memiliki kepanjangan Sistem Manajemen Informasi BAZNAS ini adalah sistem yang tersentralisasi sehingga dapat digunakan oleh seluruh badan atau lembaga zakat diseluruh nusantara tanpa harus melewati proses instalasi yang rumit.


Fitur

Beberapa fitur yang dimiliki SiMBA adalah:
  • Penghimpunan Dana Zakat dan Infak / Sedekah
  • Penyaluran dan Penggunaan Dana Zakat dan Infak / Sedekah
  • Pencatatan Aset (termasuk aset kelolaan)
  • Mencetak Bukti Setor Zakat
  • Menerbitkan Kartu NPWZ
  • Manajemen Anggaran
  • Mencetak 89 jenis laporan yang standard

Preview


Naaah.... gimana udah kenal dikit kan? Yaa gapapa dikit aja dulu jangan banyak-banyak. Lagian juga ini kan buat informasi aja sih. :p

Jadi, kemarin itu pelatihannya dimulai dari hari Rabu tanggal 3 sampe Sabtu 6 Oktober 2012 di Cikini. Lumayan panjang juga yaaa waktunya.... pasti pesertanya pada mabok juga tuh ikut kalo full ikut pelatihannya. Ditambah lagi materinya menyinggung soal kode-kode akuntansi yang isinya angka, angka, dan angkaaa melulu. Padahal cuma sebagian kecil aja pesertanya yang basic pendidikannya akuntansi. Hihihih,, Tapi untung sistem aplikasi ini user friendly banget. Jadi nanti si user cuma tinggal melakukan pencatatan data aja, gak perlu pusing-pusing bikin jurnal dan pelaporan-pelaporan secara manual. Tinggal pilih menu Laporan, klik jenis laporan apa yang mau dibuat, trus pilih periodenya, langsung muncul deh laporannya. Keren, huh? Ya iyalaaah..... yang bikinnya emang pada keren-keren sii.... Siang malem banting tulang berbulan-bulan bikin aplikasi ini sampe lupa makan lupa tidur (peace ya pak bos! :]) hampir tiap hari gak henti-hentinya brainstorming sama orang-orang akuntansi, keuangan, penghimpunan, penyaluran, and bla bla bla. Belum lagi harus mempelajari soal fikih-fikih mengenai zakatnya. Ditambah lagi aplikasi ini dibuat untuk mengcover pencatatan aktivitas penghimpunan/penyaluran seluruh BAZNAS Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Indonesia sehingga semua datanya terintegrasi. Top markotop deh emang... :thumb up:

Sepertinya segitu aja bisa gw ceritain (dan yang bisa gw rangkai kalimatnya yang pasti! I'm a bad story teller, yes!). Status sistem aplikasi ini pun kini masih terus dilakukan pengembangan oleh para ahlinya. Semoga dengan adanya aplikasi ini data muzaki [1], mustahik [2], total penghimpunan, total penyaluran, dan potensi dana zakat nasional dapat tersaji dengan valid nantinya. Aaamiiin.....

Good nite, pals. Wasalam. :)

Reference :

sumber : http://du3adelig.blogspot.com/2012/10/simba.html



Foto-foto Presiden Soekarno yang luar biasa


President Sukarno Saying Goodbye to His Daughters
Surrounded by citizens of Jakarta, President Sukarno kisses his youngest daughter, Sukmawati, goodbye while his other daughters, Rachmawati (center) and Megawati (left), wait their turn. The Indonesian President was leaving for a three-week vacation in Tokyo.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: November 19, 1962
hehehe...pulangnya soekarno malah bawa ibu tiri buat anak-anaknya...ratna sari dewi


Indonesian President Achmad Sukarno Calming down Protesters
Original caption: Indonesian President Achmad Sukarno, shown here speaking to a crowd in September of 1950, was reported trying to calm thousands of angry demonstrators near the presidential palace in Jakarta, October17. An artilery battery was brought into position outside the palace as president Sukarno talked to the crowd which had formed to demand the dissolution of Parliament and general elections. Pres. Sukarno told the throng that he did not want to become a dictator and that he would arrange for elections as soon as possible.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 17, 1952


President Sukarno Addressing May Day Rally
Original caption: 5/7/1965-Djakarta, Indonesia- President Sukarno of Indonesia addresses a mass May Day rally in the Sports Hall Building. Sukarno announced his decision not to attend a peace conference with Malaysian Prime Minister Rahman in Tokyo. The announcement was viewed as a victory for Indonesia's powerful Communist Party. Posters above the silent crowd stress the unity of the working classes in their struggle to overcome "imperialism."
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 7, 1965


Leaders of the Non-Aligned Nations
Original caption: 9/29/60-Yugoslavia- 5 top neutralist countries called upon Pres. Dwight Eisenhower & Premier Nikita Khrushcev to resume their personal diplomacy with a face to face conference. The move resulted from a "neutralist summit conference" late sept. 29. Shown here at the end of the conference are (L to R) PM Pandit Jawaharlal Nehru of India, Pres. Kwame Nkrumah of Ghana, Pres. Gamal Abdel Nasser of United Arab Rep., Pres. Sukarno of Indonesia, & Pres. Tito of Yugoslavia.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 29, 1960


Sukarno Inspects Troops
President Sukarno, the first leader of Indonesia after it became a republic in 1945, inspects his troops.
Image: © Hulton-Deutsch Collection/CORBIS
Date Photographed: October 1965


Portrait of Ellsworth Bunker, Howard P. Jones and President Sukarno
Original caption: U.S. Special Envoy Ellsworth Bunker, right, and Ambassador Howard P. Jones, center, chatting with Indonesian President Sukarno April 6, 1965, at the Presidential Palace in Djakarta. The Americans met with Indonesian officials in efforts to stop the "decline" of U.S. Indonesian relations.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 6, 1965


Indonesian President Sukarno
Indonesian President Sukarno was taken prisoner by Dutch troops in an attempt to retain control of Indonesia.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: ca. 1945-1949


Richard Nixon Speaking with Achmed Sukarno
Original caption: Visiting president chats with "veep." Washington, D.C.: President Achmed Sukarno of Indonesia, currently on an 18 day official visit to the United States, is shown (left) chatting with Vice President Richard Nixon shortly before a capitol luncheon given in his honor by Mr. Nixon yesterday. The visiting chief of state also addressed a joint session of Congress yesterday, an honor accorded only to leaders of key nations.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Al Muto
Date Photographed: May 18, 1956


Prime Minister Kishi Nobusuke and President Sukarno
Japanese Prime Minister Kishi Nobusuke (L) greets Indonesian President Sukarno during a state visit in Tokyo, Japan.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: 1958


Sukarno Achmed Speaking at Podium
Original caption: President Sukarno of Indonesia is shown here delivering his speech to the United Nations.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 2, 1960


Marilyn Monroe Standing with President Sukarno
Original caption: Indonesia's President Sukarno is shown chatting with actress Marilyn Monroe during a party given by Mr. and Mrs. Joshua Logan at a Beverly Hills Hotel last Tuesday night. The party was given in honor of Logan's brother-in-law, Marshall Noble, who is traveling with the 62 members of the Indonesian visiting group. Sukarno had expressed a desire to meet Miss Monroe, who he said is one of the favorite actresses in his country.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: George Snow
Date Photographed: June 1956


Kennedy and Johnson with Indonesia's Sukarno 1961
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 25, 1961


Prime Minister Kishi Nobusuke and President Sukarno
Japanese Prime Minister Kishi Nobusuke (L) greets Indonesian President Sukarno during a state visit in Tokyo, Japan.


Indonesian President Achmad Sukarno
President of Indonesia, Achmad Sukarno, in 1949.
Image: © Hulton-Deutsch Collection/CORBIS
Photographer: Bert Hardy
Date Photographed: April 1949


Indonesian President Achmad Sukarno
Achmad Sukarno, President of Indonesia and Hafi Salim (maksudnya Haji Agus Salim kali yak?), Socialist Foreign Minister, in 1949.
Image: © Hulton-Deutsch Collection/CORBIS
Photographer: Bert Hardy
Date Photographed: April 1949


Boy Riding in Bumper Car -- (ngga taunya si Guntur aka Mas Tok)
Original caption: Glen Echo, Maryland: son Of Visiting President Samples American Fun. Mohammed Guntur, 12-year-old son of visiting Indonesian President Achmed Sukarno, is shown having fun at the wheel of a "Dodgem" car at the Glen Echo Amusement Park. The boy was taken to the park by Mrs. Richard Nixon, wife of the Vice President, and her daughters, Julie and Patricia.


Chou En-lai and Sukarno Ride in Boat
Original caption: 7/6/1965-Cairo, Egypt- Cruising up the Nile River, Communist China's Premier Chou En-Lai (l) looks at the sights while his companion, President Sukarno of Indonesia checks the time. Both men were in Egypt awaiting the opening of the Afro-Asian Conference, which was to be held in Algiers. Chou stayed on in the Egyptian capital after the conference was postponed.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: July 6, 1965


Sukarno at Disneyland
Original caption: 6/4/1956-Anaheim, California- Dr. Achmed Sukarno, President of Indonesia, now touring the US, is shown with his son, Guntur, 12, riding behind "Dumbo," one of the fabulous residents of Disneyland, during their visit to the famous playground at Anaheim. Dr. Sukarno seemed to enjoy the tour almost as much as his enthusiastic son.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: June 4, 1956


Dr. Sukarno Chats With Mao Tse-Tung
Original caption: 11/24/1956-Peiping, China: President Dr. Sukarno of Indonesia, left, is seen chatting with Chairman Mao Tse-Tung of the People's Republic of China (Communist) during a banquet here given by the chairman of the Red China in honor of the Indonesian President.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: November 24, 1956


Sukarno W/Nikita Khrushchev
Original caption: 10/6/1960-New York, NY- Soviet Premier Nikita Khrushchev (L) stands silently by, as President Sukarno of Indonesia speaks to newsmen outside the Soviet U.N. delegation headquarters. Sukarno spoke to reporters after a 40-minute meeting with the Soviet Premier. Before his departure from the U.S., Sukarno issued a gloomy statement saying the session had accomplished very little.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 6, 1960


President and Mrs. Eisenhower and Achmed Sukarno
Original caption: 5/19/1956-Washington, D.C.- President and Mrs. Eisenhower are greeted by President Achmed Sukarno of Indonesia as they arrived at the Mayflower Hotel for a dinner given by President Sukarno in their honor. Speaking at the dinner, President Eisenhower said that Dr. Sukarno has given the US a "new thought, feeling and conception of freedom." In a toast to Mr. Eisenhower, President Sukarno said: "From what I have seen, this is a country of democracy and freedom.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 19, 1956


Presidents Kennedy and Sukarno
Original caption: 4/24/1961- andres Air Force Base, MD: Sukarno Here For Talks: President Kenendy and Indonesian President Sukarno are shown in back of limousine following the latter's arrival here today. Sukarno is here for talks which may provide a gauge of U.S. prestige in the wake of the Cuban incident.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 24, 1961


President Sukarno of Bativia
Original caption: 10/29/1945-Bativia, Java: Dr. Soekarno, President of the self proclaimed Indonesian republic, Who was rushed from Batavia to Soerabaja in effort to halt fighting between indonesian nationalists and British Indian Forces. The Nationalist, said to be using armoured cars and light tanks taken from the Japs, killed an estimated 25 of the British troops before Soekarno was able to effect a truce.
Image: © Bettmann/CORBIS


Khrushchev and Sukarno Greeting
Original caption: 10/3/1960-New York, NY-Soviet Premier Nikita Khrushchev and Indonesian President Achmed Sukarno (r) greet each other warmly at the Indonesian reception held October 3. at the Waldorf-Astoria. Khrushchev had a busy evening attending three receptions in one night. The Soviet Premier also dropped in on the Ethiopian and Bulgarian receptions and was in a merry mood answering reporters questions at these social events for United Nations delegates.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 3, 1960


Mobido Keita with John F. Kennedy and Sukarno (bareng ibu megwati mwahahahaha)
Indonesian President Sukarno gives the "OK" sign to President John Kennedy. At left is Mali's President Mobido. The two emissaries from the Belgrade conference have arrived to discuss averting World War III.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 12, 1961


Achmed Sukarno Delivering a Speech
Original caption: Washington, D.C.: Indonesian president Sukarno, speaking at a national press club luncheon today, warned that failure to end colonialism in Asia and Africa will mean the disruption of the United Nations and other world organizations.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Doug Chevalier
Date Photographed: May 18, 1956


Achmed Sukarno Shaking Hands with Dag Hammarskjold
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 24, 1956


Portrait of Achmed Sukarno
Original caption: Washington, D.C.: President Eisenhower explains the mechanics of television to President Sukarno of Indonesia as they arrived at the White House radio and television room where President Eisenhower was scheduled to make a closed circuit television address.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Jim Mahan
Date Photographed: May 16, 1956


Indonesian President and Ministers
Original caption: General views of Indonesia President President Sukarno with other ministers.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 15, 1966


Sukarno with Japanese Royalty (ketemu 'sodara tua'- akihito masih imut)
Original caption: Sukarno Guest of Japanese Emperor. Tokyo, Japan: President Achmed Sukarno (center) of Indonesia with Emperor Hirohito of Japan (left) and Crown Prince Akihito when Sukarno was guest of the emperor at luncheon in the Imperial Palace in Tokyo. The Indonesian president is on a tour of "rest" from his presidential duties. He is being given the red carpet treatment in Japan amid rumors that he is an unofficial link for Afro-Asian leaders who want the US and Russia to get together in another summit conference. February 3, 1958.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Ichiro Fujimura
Date Photographed: February 3, 1958


ndonesian President Sukarno at Podium
Original caption: United Nations, New York: Helpful. President Sukarno of Indonesia speaks before the United Nations General assembly, Sept. 30th. His military aide, Lt. Col. Sabur (Left), retrieved each page as the President finished reading it. Sukarno urged the General Assembly to seek a new permanent home for the United Nations in Geneva or in some Asian or African country.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 30, 1960


John Kennedy Inspecting Soldiers
Original caption: Sukarno inspects honor guard. andres Air Force Base, Md.: Indonesian President Sukarno (right) inspects the honor guard following his arrival here today for talks with President Kennedy. Trooping the line with him are President Kennedy and Lieutenant Colonel Charles P. Murray Jr., commander of the troops.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 24, 1961


Robert and Ethel Kennedy Sitting With Indonesian Leader
Original caption: U. S. Attorney General Robert Kennedy, (L), and his wife visit with Indonesian president Sukarno here. The Kennedy's lunched with Sukarno on this "courtesy call" visit. The president's brother and Sukarno are expected to discuss the Dutch Indonesian dispute and other issues involving Indonesia during informal talks later during the attorney General's six day visit to the island.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: February 13, 1962


President Kennedy Greets President Sukarno
Original caption: Sukarno Arrives For Working Lunch. Washington: Indonesian President Sukarno is greeted by President Kennedy on the North Portico of the White House as the former arrives today for a working lunch with the U.S. Chief Executive, Secretary of State Dean Rusk and Indonesian Foreign Minister Subandrio. Kennedy and Sukarno had met for an hour and a half earlier this morning at the White House.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April ?


Achmed Sukarno Waving
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 24, 1956
Location Information: New York, New York, USA


Achmed Sukarno Waving from His Limousine
Original caption: Asian leader responds to capital welcome. Washington, D.C.: President Sukarno of Indonesia waves from his open limousine in response to greeting accorded him yesterday on his arrival in Washington for an 18 day official state visit. Dr. Sukarno, leader of the world's third largest republic, which has remained neutral in the East-West Cold War, is staying at Blair House as guest of President Eisenhower. The Asian leader expressed the hope that his visit will "lead to real friendship between the U.S. and Indonesia."
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 17, 1956


President Sukarno at Microphone
Original caption: Indonesian President Greeted. Washington, DC: Upon arrival at the Washinton Airport, May 16, President Sukarno of Indonesia (extreme right) inspects the Honor Guard, accompanied by Vice President Nixon (extreme left) and Major James L. Williams (center), Commander of the Combined Armed Forces Honor Guard.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 16, 1956


Portrait of Achmed Sukarno
Original caption: Leaving past glories behind, Indonesia's former leader Sukarno now lives quietly isolated from his people. Sukarno, who at one time traveled extensively and who boasted of four wives, is not allowed now to travel inside or outside Indonesia without permission and can only see on of his wives. At age 67, Sukarno is now truly in the September of his years, as he appears in his underwear.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: June 30, 1967


Portrait of Dr Achmed Sukarno Photo yang terkenal nihh....
Original caption: This is the latest official portrait of Dr. Achmed Soekarno, the President of the Republic of Indonesia.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: January 19, 1956


President Kennedy and Indonesia's President Sukarno riding in an open car past a row of soldiers.
Image: © CORBIS
Date Photographed: April 24, 1961


U.S. President Dwight D. Eisenhower (1890-1969) meets with Sukarno (1901-1970), the first President of Indonesia after the country gained its independence from the Dutch in 1945. Washington, D.C.
Image: © CORBIS
Date Photographed: ca. 1953-1961


Eisenhower Confers with Sukarno in Meeting
Original caption: 10/6/1960-Washington, DC- President Eisenhower and Indonesian President Achmed Sukarno confer as they are about to rise for a final pose following their conference at the White House. Sukarno, one of the five neutralist leaders who sponsored a resolution in the U.N. proposing an Eisenhower-Khrushchev meeting, said afterwards that he still believes the two top leaders should meet. In the background is the acting Secretary of State, Douglas Dillon.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 6, 1960
Location Information: Washington, DC, USA


Nixon Greets President Sukarno
Original caption: 5/16/1956-Washington, DC-: Indonesia's President Achmed Sukarno is escorted by Vice President Richard Nixon as the visiting Chief of State received full military honors and a 21-gun salute on his arrival at Washington National Airport at noon.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 16, 1956
Location Information: Washington, DC, USA


President Sukarno with Osvaldo Dorticos & Fidel Castro (castro masih muda ya...sekarang lagi sakit...awet amat ini orang!)
Original caption: 5/9/1960-Havana, Cuba- Indonesian President Sukarno (C) chats with Cuban President Osvaldo Dorticos (L) and Premier Fidel Castro (R). The Indonesian president was beginning a state visit to Cuba.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 9, 1960
Location Information: Havana, Cuba


Soldiers at President Sukarno's Funeral
Original caption: 6/22/1970-Blitar, East Java- Former Indonesian President Sukarno is buried with full military honors in the family cemetery at his birthplace. Sukarno, who served as president from 1945 to 1967, died early June 21st at the age of 69.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: June 22, 1970
Location Information: Blitar, East Java



Portrait of Sukarno
Original caption: Closeup of Sukarno at Merdeka Palace, when he announced a new six man presidium.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: March 27, 1966


Madame Pandit and President Soekarno Listening to an Anthem
Original caption: Madame Vijayal Laksimi Pandit of India (second from right), president of the United Nations General Assembly, stands beside President Achmed Soekarno of Indonesia, who salutes while the band plays the Indonesian national anthem. The ceremony took place at a welcoming reception for Mme. Pandit, who is touring the country. itu ibu fatmawati lagi hamil ya.... siapa ya guruh kali ya? tahun 54 nih.....
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 12, 1954
Location Information: Bandung, Indonesia


Sukarno and Family (wartawan sampe ngga tau nama fatmawati...tapi his wife....)
Original caption: 3/11/1946-Batavia, Java, Indonesia- Dr. I.R. Sukarno, Nationalist leader and President of the Indonesian government, with his wife and son, Guntur, shown at their home. The eyes of the entire world are on this man, who, although he was in power during the Japanese occupation, has managed to retain his authority. The peace and prosperity of 80,000,000 Indonesians depend on his decisions.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: March 11, 1946
Location Information: Jakarta, Java, Indonesia



Achmed Sukarno Receiving an Honorary Hood
Original caption: Indonesian president honored at Columbia. New York, New York: Indonesian president Sukarno is shown being invested by Dean Harry J. Carman of Columbia with the hood of the degree of Doctor of Laws in ceremonies at the university today. L. to R.: Dean Carman; Dr. Sukarno and Dr. Grayson Kirk, president of Columbia. Dr. Kirk introduced the first president of the Southeast Asia republic as "a political pioneer of a great frontier of today and tomorrow."
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 24, 1956
Location Information: New York, New York, USA


President Eisenhower with Achmed Sukarno
Original caption: Washington, D.C.: President Eisenhower explains the mechanics of television to President Sukarno of Indonesia as they arrived at the White House radio and television room where President Eisenhower was scheduled to make a closed circuit television address.
Image: © Bettmann/CORBIS
Photographer: Jim Mahan
Date Photographed: May 16, 1956
Location Information: Washington, DC, USA


Robert F. Kennedy Talking With Achmed Sukarno
Original caption: General Robert F. Kennedy, (L), shares a laugh with Indonesian President Sukarno, as they discuss the Malaysia situation here. The Attorney General and Sukarno reached an agreement that the Malaysia crisis, which threatened the peace in southeast Asia, by agreeing that it should be solved by consultation.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: January 12, 1961
Location Information: Tokyo, Honshu, Japan


Chiefs of Neutral Nations
Original caption: Summit meeting of neutrals. Belgrade, Yugoslavia: The chiefs of the neutral nations meeting here, Sept. 5th, pose for this group photo. Shown (left to right) are: Prince Norodom Sihanouk of Cambodia; Saeb Salaam of Lebanon; President Adan Abdullah Osman of the Republic of Somali; Lieutenant General Ibrahim Abboud of Sudan; Sheik Sowayel of Saudi Arabia; King Hassan of Morocco; Marshal Josip Tito of Yugoslavia; Mrs. Sirimavo Bandaranaike, prime minister of Ceylon; President Habib Bourguiba of Tunisia; President Achmad Sukarno of Indonesia; President Oswaldo Dorticos of Cuba; President Kwame Nkrumak of Ghana; President Gamal Abdel Nasser of the United Arab Republic; Emperor Haile Selassie of Ethiopia; Prime Minister Mohammed Daud of Afghanistan; President Modibo Keita of Mali; and Prime Minister Jawaharlal Nehru of India. The conference of nonaligned nations e
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 5, 1961
Location Information: Belgrade, Yugoslavia


Jean Simmons and Husband Listen To Sukarno
Original caption: 4/11/1962-Bogor, Indonesia- Film star Jean Simmons and her husband, writer-director Richard Brooks (r), listen attentively to Indonesia's President Sukarno as he talks with them outside Bogor Palace. The actress and hubby are traveling through the islands of Indonesia looking for a film locale for the Conrad novel "Lord Jim."
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: April 11, 1962
Location Information: Bogor, Indonesia


President Eisenhower and President Sukarno
U.S. President Dwight D. Eisenhower (1890-1969) meets with Sukarno (1901-1970), the first President of Indonesia after the country gained its independence from the Dutch in 1945. Washington, D.C.
Image: © CORBIS
Date Photographed: ca. 1953-1961
Location Information: Washington, DC, USA


First Indonesian Cabinet Meeting
Original caption: 8/4/1966-Jakarta, Indonesia- Members of the new Indonesian cabinet, formed July 25th, await the start of their first meeting at Freedom Palace. From left are: Chairman of the Presidium General Suharto; President Sukarno; Senior Minister of Economics and Finance S.H. Buwono IX; and Senior Minister of Politics A. Malik.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: August 4, 1966
Location Information: Jakarta, Indonesia


President Sukarno with President Eisenhower
Original caption: 5/16/1956-Washington, D.C.- President Sukarno of Indonesia (L) sits with President Eisenhower during a closed-circuit television broadcast in connection with the dedication of a new General Motors technical center in Detroit.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: May 16, 1956
Location Information: Washington, DC, USA


A. Nasser and A. Sukarno Toast with J. Nehru
Original caption: 9/29/1960-New York, NY- United Arab Republic President GAmal Abdel Nasser (L) and Indonesian President Achmed Sukarno (C) clink glasses with their host, Indian Prime Minister Jawaharlal Nehru, at a reception at India House. The glasses contain fruit punch.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: September 29, 1960
Location Information: New York, New York, USA


Pakistani and Indonesian Leaders Saluting at Welcoming Ceremony
Original caption: President Achmed Soekarno, (L) who is taking a rest from the cares of the office, is shown taking the salute at the airport on his arrival at Karachi. Standing beside the Indonesian President is President Iskander Mirza of Pakistan. They are flanked by Indonesian and Pakistan flags.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: January 25, 1958
Location Information: Karachi, Pakistan


President Sukarno of Indonesia with French Premier
Pompidou of France.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: 1965


Update Gambar

President Soekarno At Moslem Ceremonies
Indonesian President, a devout Moslem, addresses a crowd of 5,000 worshippers at Hari Raya Hadji Sunrise ceremonies at Soekabumi. He urged all Moslems to resist terrorist activities of the fanatical "Darul Islam" guerillas. "Good Moslems," said Soekarno, "do not kill, rape, and burn houses of their fellow men."
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 20, 1952
Location Information: Soekabumi, West Java


Delegates Sign a Constitution Draft of the United States of Indonesia
Original caption: At a round-table conference which took place in the Hall of Knights at the Hague, delegates from Holland, Indonesia and the United Nations signed a resolution agreeing to a draft constitution for a United States of Indonesia. At the left is J.H. Maarseveen, the Dutch Minister; and second from right is Mohammed Hatta, the Chairman of the Indonesian Delegation, during the signing ceremony. Others seated are representatives of the two governments.
Image: © Bettmann/CORBIS
Collection: Bettmann
Standard RM
Date Photographed: November 7, 1949
Location Information: The Hague, Netherlands


Mohammed Hatta
Dr. Mohammed Hatta the Prime Minister of Indonesia (1902-1980).
Image: © Hulton-Deutsch Collection/CORBIS
Collection: Historical
Standard RM
Date Photographed: 1949
Location Information: Indonesia


OOT nih.....


Madame Sukarno Having Hair Done...cakep ya sampe bikin BK klepek-klepek...
Original caption: 7/6/1965-London, England- Having her hair put back in place by the helping hand of a friend, Ratna Sari Dewi Sukarno smiles as she arrives in London. The Japanese-born beauty is the Indonesian President Sukarno's "wife number three," in his harem of four wives. Although relations between Indonesia and the British Commonwealth are strained, Madame Sukarno received an official welcome from the British Foreign Office.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: July 6, 1965
Location Information: London, England


Dewi Sukarno Admiring Her Infant
Original caption: Ratna Sari Dewi, Japanese wife of former Indonesian President Sukarno, holds her 2 week old daughter, named Katika Sari--"Essence of the Star," is shown in her private suite at Keio University Hospital in Tokyo. The baby born March 7th there, became the eighth child for the 65 year old former President. Madame Sukarno and her daughter were released from the hospital on March 18th. She told newsmen before leaving the hospital, she plans to rest for about six to eight weeks before returning to Djakarta in late April.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: March 18, 1967
Location Information: Tokyo, Japan


Gastineau Girl....eh Soekarno Girl ding...
Dewi Sukarno and Her Daughter
Dewi Sukarno, widow of former president of The Republic of Indonesia Achmed Sukarno, with their daughter, Kartika Sukarno during winter vacation in Gstaad.
Image: © James Andanson/Sygma/Corbis
Photographer: James Andanson
Date Photographed: December 1, 1983
Location Information: Gstaad, Switzerland


Former Wife of Sukarno with New Husband
Original caption: 10/3/1967-Djakarta, Indonesia- Former Indonesian President Sukarno's fourth wife, Harjati, is seen in traditional Indonesian wedding attire with her new husband at their wedding reception. Harjati married ex-Indonesian Army Major Sakri Sunarto Sukiman, son of a Sukarno political enemy, Dr. Sukiman Wirjosandjojo, former chairman of the "Masjumi" Moslem party, which was banned by Sukarno.
Image: © Bettmann/CORBIS
Date Photographed: October 3, 1967
Location Information: Djakarta, Indonesia

Sumber: kaskus.us

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Mengenai Saya

Foto saya
sederhana dalam sikap, gaya dalam karya